'Saya' dan 'Menulis'

Bagi sebagian orang, menulis adalah hal yang sulit tapi bagi sebagian lainnya, menulis adalah hal yang menyenangkan. Bahkan, tak sedikit orang yang menjadikan kegiatan menulis sebagai terapi self healing. Ada juga, lho, yang berpenghasilan melalui menulis.

Kalau ditanya saya tim yang mana, jawaban saya adalah "Saya tim 'nulis ya nulis aja', hehehe".

Saya senang menulis sejak SMP. Waktu itu lebih banyak nulis di buku diary dan ikut berpatisipasi untuk mengisi majalah dinding sekolah. Di SMA sempat lanjut dengan menulis puisi. 

Saat kuliah saya sempat meninggalkan hobby menulis. Saat itu kegiatan menulis saya hanya sebatas mengerjakan tugas mata kuliah writing. Saya sempat dijuluki The Master of Grammar, karena setiap nugas, teman-teman sering setor dulu tulisannya pada saya untuk dilakukan proofreading, kalau-kalau ada penggunaan kata yang kurang pas.

Setelah disibukan dengan dua buah hati dan ratusan anak didik, saya semakin jauh meninggalkan kegiatan yang dulu sempat menjadi kegemaran. Sampai saya mengalami hal tersulit dalam hidup saya. Hampir depresi, kehilangan arah, marah, dendam, kecewa, semua menjadi satu. Saya merasa ada yang salah dalam diri saya dan saya mencoba keluar dari situasi yang membuat saya tidak nyaman ini dengan mengikuti berbagai training self healing. Dari sana, saya menemukan teknik selfhealing dengan cara melampiaskan semua kegelisahan yang ada dalam diri saya dengan menulis. 

Qadarulloh, dikenal seseorang sebagai pengajar Bahasa Inggris, saya mendapat job untuk menjadi freelancer translator di sebuah perusahaan jasa konsultan. Setelah mengecap rasanya berpenghasilan melalui profesi freelancer translator, saya mencoba melebarkan sayap menjadi freelancer content writer. Tentunya dengan berbekal ilmu yang saya pelajari dari berbagai training kepenulisan yang saya ikuti sejak saat itu. Bergabung dengan komunitas kepenulisan menjadi jembatan saya untuk mendapatkan kesempatan menjadi kontributor web, dan juga mengantarkan saya untuk menghasilkan karya.

Kalau bicara tentang karya, ternyata tidak semudah membalikan telapak tangan. Sepertinya harus ada sedikit paksaan dalam mengerjakannya. Skripsi dengan sejuta cerita dibalik pengerjaannya, dan sebuah karya ilmiah yang mengantarkan saya pada lomba tutor berprestasi tingkat provinsi, boleh lah ya saya hitung sebagai karya juga, hehehe... Selain itu, saya pernah menjadi kontributor sebuah buku antologi bertajuk "Bahagia dengan Komunikasi Efektif". Saat ini, saya tergabung dalam tim penulis buku non fiksi yang sedang mengerjakan proyek buku bertema pengembangan diri perempuan yang alhamdulillah sudah ditunggu oleh penerbit mayor. 

Jadi, menulis bagi saya bukan hanya tentang menuangkan ide dalam tulisan, tapi juga sebuah cara untuk menjaga kesehatan psikis. Melalui menulis juga saya belajar berbagi. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer  "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi  selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih PAUD Insan Madani : Pengalaman Pendidikan Yang Berkualitas

Menemukan Semangat Baru di Temu Pendidik Nusantara XI

"Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami (Book Review)