"Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami (Book Review)

Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami
Doc. Cerita sebelum bercerai.a

Judul : Cerita Sebelum Bercerai
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : xii + 241
Dimensi : 13,5 cm x 20,5 cm
Harga : Rp. 79.000

"Perceraian memang merupakan tema yang jarang kita bicarakan, meski sebefnarnya sangat penting. Saya yakin hampir semua ikatan pernikahan pernah melahirkan wacana perceraian, apa pun alasan dan latar belakangnya. Kalau boleh mengeneralisir, semua orang yang menikah pasti pernah berpikir untuk bercerai, kan?"

Itulah caption dari postingan seorang teman, yang dulu sempat satu tim di komunitas marketer novel, yang membuat saya tertarik untuk me-reply postingan tersebut dan menanyakan lebih detail lagi mengenai buku yang terpampang dalam cerita wassapnya. Sebuat buku yang berjudul 'Cerita Sebelum Bercerai' karya Fahd Pahdepie yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang halus menyentuh hati. Yang menarik lagi, Sebelum kata 'Cerita' ada kata 'Nasihat' yang lebih dulu dicoret lalu kemudian diganti dengan 'Cerita'. Katanya, sih, karena orang biasanya lebih memilih cerita ketimbang nasihat.

Judul bukunya lumayan seksi sampai-sampai saya nggak berani menunjukan judulnya ketika memposting buku ini di cerita wassap saya, takut menjadi kontroversi, "jangan-jangan nanti banyak yang mereply untuk memastikan bahwa saya benar-benar sedang butuh nasihat sebelum bercerai" pikir saya.

Yang lebih menarik perhatian lagi adalah tagline di bawah judulnya yang tertulis "Simpul hidup untuk cinta yang mati". Ya, cinta memang bisa saja mati, apalagi pada usia pernikahan yang sudah tak muda lagi. Dan saya yakin penulis mendedikasikan buku ini untuk para pasangan yang cintanya sudah hampir mati.

Buku ini berkisah tentang perjalanan rumah tangga penulis yang telah sepuluh tahun dibina dan sudah melewati pasang surut. Lewat buku ini penulis membangkitkan kembali memori tentang cinta yang dia perjuangkan sepuluh tahun silam. 

Awalnya saya masih berpikir "Ini nasehatnya dimana? Kok masih gini-gini aja..." Sebetulnya ada bagian dimana penulis menasehati seorang rekannya yang sedang melalui proses perceraian, itu saja. Hanya satu bagian dari sekian banyak cerita di bagian yang lainnya. Tapi setelah selesai membaca keseluruhan buku ini saya baru sadar, bahwa betul ini adalah sebuah cerita tentang mempertahankan sebuah simpul hidup untuk cinta yang mati.

Banyak cerita yang mengajak pembaca untuk flashback pada bagaimana awal pertemuan dengan pasangan, bagaimana sebuah pernikahan bisa terjadi, pada kisah memulai kehidupan rumah tangga yang kadang penuh dengan suka dan duka. 

Karena buku ini memiliki sudut pandang dari seorang suami, saya kadang senyum-senyum kege'eran bacanya. Ada satu bagian yang isinya khusus ditulis untuk istrinya yang bisa membuat para pembaca ikut melting, hehehe...

"10 tahun bersamamu adalah sekolah yang sempurna, ibadah yang sempurna, hidup dan cinta yang sempurna. Karena kita sama-sama mencintai dengan cara berhenti mengandaikan segala hal baik yang tak ada pada diri kita sekaligus memaafkan semua yang buruk yang ada pada masing-masing kita.

Selamat hari ulang tahun pernikahan ke-10 untuk istriku, Rizqa Abidin, semua yang kurang darimu adalah tempatku membuktikan cinta."

Satu hal lagi yang menarik perhatian saya adalah bagian dimana penulis bercerita tentang perbedaan antara istri dan pacar.

"Pacarmu bisa saja mengajakmu bercinta, memuaskanmu, untuk membuat mata dan tanganmu tersesat di tubuhnya, tapi membuat imanmu hilang di belantara dosa. Sementara istrimu menomorduakan perasaannya, menyembunyikan rasa sakit atau malasnya, menaruh semuanya di bawah bantal pengabdiannya, untuk mengantarkanmu ke pintu surga.

Pacarmu barangkali bisa tampil cantik dan memukau karena ia bisa memiliki waktunya, napasnya, dan hidupnya untuk dirinya sendiri. Tetapi seorang istri, seburuk apapun penampilannya di hadapanmu, dialah yang telah menyerahkan seluruh waktu dan hidupnya untuk mencintaimu.

Maka jika kau tinggalkan atau sia-siakan pacarmu, kau mungkin akan bersedih luar biasa. Tetapi jika kau tinggalkan dan sia-siakan istrimu, Tuhan akan murka dan kecewa luar biasa!".

Selain bercerita tentang hubungan antara suami dan istri, penulis juga bercerita tentang hubungan antara menantu-mertua, juga menyinggung tentang pola asuh dalam mendidik anak.

"Setiap laki-laki bisa menjadi ayah bagi anak yang dilahirkan istrinya, tetapi hanya laki-laki yang bertanggung jawab yang bisa 'berperan' sebagai ayah untuk anak-anak mereka. Semua orang perlu belajar sungguh-sungguh untuk bisa mengemban tanggung jawab semacam itu."

Walaupun kaitan antara judul dan isi menurut saya kurang pas karena 'nasihat sebelum bercerai' nya itu tidak mendominasi isi tulisan, tapi secara tersirat, melalui buku ini penulis mencoba membangkitkan kembali cinta yang sempat mati antara pasangan suami istri yang penulis berasumsi bahwa secara general, setiap pasangan suami istri pernah terbersit untuk bercerai.

Buku ini sangat recomended untuk dibaca bersama pasangan, supaya lebih romantis dan sama-sama mengingat kembali masa-masa saling memperjuangkan cinta. Sehingga cinta yang sempat mati masih bisa dihidupkan kembali. Ia

"Jika nanti pikiran itu datang lagi, secara sungguh-sungguh atau sekadar menggoda, temukan cara untuk mengingat semua cerita yang pernah kalian upayakan bersama".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih PAUD Insan Madani : Pengalaman Pendidikan Yang Berkualitas

Menemukan Semangat Baru di Temu Pendidik Nusantara XI