Tantangan dalam Berproses dan Menjalani Peran Kehidupan

Tulisan ini merupakan tugas selanjutnya dalam kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 8 yang sedang saya ikuti. Misi kali ini menuntun saya menyelam lebih dalam lagi untuk menemukan diri saya yang sebenar-benarnya. Menyusuri kembali waktu demi waktu yang pernah saya lalui, berbagai peristiwa yang pernah saya alami, berbagai effort yang pernah saya taklukan, juga berbagai luka yang pernah tergoreskan.

Kali ini saya harus menuliskan tantangan selama berproses dan menjalani peran kehidupan. 

"Menjalani peran kehidupan..."

Membaca tiga kata itu, seketika saya berpikir kembali tentang peran saya dalam kehidupan ini. Lalu kemudian pikiran itu melayang menembus waktu seolah melakukan time traveling sejauh 31 tahun ke belakang.

Dan, ternyata tantangan yang saya hadapi dalam menjalani peran kehidupan ini adalah 'cukup banyak luka yang tergores, yang bahkan telah terlupa'. 

Luka masa kecil yang tertanam dalam pikiran bawah sadar yang kemudian terbawa hingga  dewasa membentuk emosi saya saat ini. Saya merasa perlu membereskan sampah-sampah emosi yang terbentuk dari goresan-goresan luka di masa lalu. 

Hingga saya membaca sebuah tulisan tentang karakter moral ibu profesional, yang membuat saya sadar bahwa dalam diri saya terdapat beberapa karakter tersebut.

Inilah yang selama ini menjadi kekuatan saya dalam menaklukan tantangan yang saya temui dalam berproses menjalani peran kehidupan.

1. Never stop running, the mission alive
Terus berlari, tidak mudah menyerah, kehidupan ini dinamis sehingga saya harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi. Apalagi, misi hidup yang terus berkembang, target yang terus meningkat, membuat saya menyiapkan bekal untuk menjadi perempuan tangguh yang bahagia dan mampu menebar energi positif untuk orang-orang di sekeliling saya.

2. Don't teach me, I love to learn
Boleh dong, bangga sama diri sendiri? Tapi takutnya malah jadi sombong, hehehe.... Saya bangga dengan karakter saya sebagai pembelajar. Karena sejatinya kehidupan adalah sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang menurut saya paling tinggi tingkatannya adalah pembelajaran tentang ikhlas. Belajar untuk menerima bahwa diri saya adalah seorang hamba yang tidak akan mampu mengendalikan takdir. Seorang hamba yang cukup patuh dan tunduk pada Sang Maha Pemilik Kehidupan, dalam ketaatan.

3. I know, I can be better
Dengan menjadi seorang pembelajar, ilmu-ilmu yang selama ini saya dapatkan, perlu saya aplikasikan dalam rangka membuat diri saya menjadi lebih baik. Terus mengupgrade diri, menaikan nilai diri, memenuhi diri dengan positive vibes yang juga bisa saya tularkan pada orang-orang di sekeliling saya.

4. Always On Time
Tepat waktu? Saya banget ini mah... Tapi dulu, hehehe.... Seiring berjalannya waktu, konsistensi saya dalam managemen waktu agak sedikit melonggar. Tapi, sebagai seorang pembelajar, tentunya saya masih memprioritaskan 'Always On Time' dalam berkegiatan.

5. Sharing is caring
Berbagi, apapun itu, membuat saya merasa bahwa keberadaan saya diakui. 

Itulah kelima karakter moral yang menjadi bekal saya dalam menghadapi tantangan dalam berproses menjalani kehidupan. Lima hal yang menjadi kekuatan untuk menaklukan tantangan-tantangan selanjutnya yang akan saya hadapi di kemudian hari. Bekal untuk menjadi perempuan tangguh yang bahagia menjalani perannya dalam kehidupan, yang mampu menghapus goresan-goresan luka dan menyembuhkannya dengan keihlasan maaf.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih PAUD Insan Madani : Pengalaman Pendidikan Yang Berkualitas

Menemukan Semangat Baru di Temu Pendidik Nusantara XI

"Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami (Book Review)