Gambaran Diri Sebagai Guru Penggerak Di Masa Depan

Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 7 kini tengah membahas tentang modul 1.2 dengan tema 'Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam modul ini dibahas tentang nilai-nilai serta peran-peran yang perlu ditanamkan dalam diri sebagai seorang guru penggerak. 

Nilai-Nilai Guru Penggerak

Gambaran diri sebagai guru penggerak di masa depan



Sebagai guru penggerak, terdapat nilai yang perlu dimiliki dan dikembangkan serta dijalankan dalam kesehariannya baik di lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Nilai-nilai tersebut adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. 

Mandiri

Seorang guru penggerak adalah seorang pribadi yang mampu membuat keputusan tanpa paksaan dari berbagai pihak lain. Pribadi yang mandiri adalah seorang yang mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk dirinya sendiri ataupun dalam lingkungan sekitarnya.

Sebagai guru penggerak yang mandiri, saya senantiasa aktif melakukan berbagai kegiatan positif yang membawa perubahan-perubahan positif seperti aktif mengikuti kegiatan-kegiatan seminar, dan kegiatan pembelajaran lain yang akan menunjang dalam peningkatan kualitas diri sebagai seorang guru.

Reflektif

Guru pengerak sejatinya mampu berkaca pada pengalaman, menerima umpan balik dari siswa, rekan sejawat, atasan, bahkan dari orang tua guna melakukan evaluasi atas setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dengan rutin melaksanakan evaluasi, guru penggerak dapat merencanakan program tindak lanjut atas umpan balik tersebut dengan meningkatkan hal postif, serta meminimalisir kekurangan-kekurangan serta merencakan tindakan solutif bagi kendala-kendala yang dihadapi.

Kolaboratif

Membangun hubungan kerja yang positif dengan seluruh warga sekolah merupakan satu dari lima nilai yang dijiwai oleh guru penggerak. Dalam hal ini, guru penggerak berperan sebagai pendorong kolaborasi antar sesama warga sekolah dengan tujuan bersama-sama mencapai tujuan serta visi dan misi sekolah.

Inovatif

Perkembangan zaman kini berlangsung sangat cepat, perubahan-perubahan pun terjadi seiring dengannya. Mengikuti perkembangan zaman adalah solusi untuk terhindar dari ketertinggalan. Inovasi-inovasi perlu dimunculkan guna menuntun siswa dalam pembelajaran untuk menjawab perkembangan zaman. 

Berpihak pada murid.

Guru penggerak perlu menempatkan kepentingannya di atas kepentingan murid. Seorang guru penggerak sejatinya selalu bertanya tentang apa yang dibutuhkan murid, bukan tentang apa dibutuhkan guru. Hal ini sejalan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, guru penggerak mengimplementasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya dalam rangka menuntun siswa untuk mencapai tujuannya dengan berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan siswa tersebut.

Gambaran Diri di Tiga Tahun Ke Depan

Dalam sesi demonstrasi kontekstual, para calon guru penggerak diajak untuk mengunjungi dirinya sendiri untuk melihat kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan setelah tiga tahun menyandang gelar sebagai guru penggerak. Berkunjung ke masa depan tanpa menggunakan mesin waktu, namun melakukan perencanaan-perencanaan dengan membayangkan diri berada di masa depan.

Setelah tiga tahun lamanya menyandang guru penggerak, tentunya rasa percaya diri serta nilai-nilai yang diajarkan telah mendarah daging dalam diri guru penggerak. Ruang lingkup pergerakan pun tentunya sudah tak lagi kaku. Kerjasama dengan berbagai pihak telah terjalin dengan apik.

Berikut kegiatan-kegiatan yang saya lakukan jika telah menjadi guru penggerak.

Kegiatan rutin harian dalam pembelajaran di kelas


Kegiatan rutin harian saya setelah menjadi guru penggerak adalah melayani murid dengan sepenuh hati. Sebagai guru penggerak yang inovatif dan berpihak pada murid, saya menyajikan pembelajaran yang menyenangkan serta berinovasi dalam penggunaan metode dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik murid. Selain itu, saya juga menjalankan peran sebagai fasilitator yang menuntun, bukan menuntut murid. Penggunaan TIK dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang berdasar pada kodrat zaman. Perubahan posisi duduk siswa yang konvensional (berbaris) menjadi variatif sesuai dengan kebutuhan, bisa dengan pola huruf U, atau sesuai dengan posisi diskusi kelompok. Hal ini menjadikan komunikasi dua arah antara guru dengan semua murid menjadi terjalin dengan lebih mudah dibandingkan dengan gaya konvensional yang memudahkan komunikasi dua arah hanya dengan siswa yang duduk paling depan. Hal ini saya lakukan dalam rangka menguatkan peran saya sebagai pemimpin pembelajaran yang mewujudkan kepemimpinan anak.

Kegiatan rutin harian di lingkungan sekolah



Disamping melakukan perubahan positif di dalam ruang kelas, saya pun melakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan sekolah untuk mendukung kemajuan dan tertanamnya kebiasaan-kebiasaan positif. Kegiatan yang saya lakukan adalah menguatkan nilai kolaboratif dengan selalu menjalin hubungan positif dan bekerjasama dengan rekan sejawat. Hal tersebut saya lakukan dengan melakukan diseminasi atau membuka focus grup discussion untuk membahas hal-hal terkait program sekolah yang mendukung tercapainya tujuan serta visi dan misi sekolah.

Selain berkolaborasi, saya pun secara mandiri terus melakukan upgrading terhadap kompetensi yang saya miliki dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti seminar dan diskusi dalam komunitas-komunitas pendidikan. Dengan melakukan kegiatan ini, peran saya sebagai coach bagi rekan sejawat serta mendorong adanya kolaborasi dapat terwujud.

Kegiatan Rutin di Lingkungan Masyarakat

Selain berkolaborasi dengan rekan sejawat, sebagai guru penggerak, saya juga melakukan kolaborasi dengan orang tua murid, komite sekolah, tokoh masyarakat sekitar, dan stakeholder pendidikan lain guna menjalin komunikasi yang baik dalam rangka upaya menggerakkan seluruh warga sekolah serta masyarakat demi mencapai tujuan pendidikan secara lebih luas. Hal ini saya lakukan dengan mengundang orangtua murid, komite, serta perwakilan tokoh masyarakat dan turut serta mendengarkan pendapat dan keterlibatan para stakeholder pendidikan ini dalam menyusun kurikulum sekolah, mensosialisasikan hasil rancangan kurikulum, serta melibatkan mereka dalam program-program sekolah seperti dalam Perayaan Hari Besar Keagamaan, atau dalam kegiatan-kegiatan lain yang memang membutuhkan kerjasama dengan orangtua, komite, serta perwakilan tokoh masyarakat. Hal ini terkait dengan peran saya sebagai penggerak komunitas praktisi.

Setelah menjalankan seluruh peran saya sebagai guru penggerak, tak lupa saya pun membiasakan diri untuk melakukan refleksi atas kegiatan-kegiatan yang saya lakukan dengan meminta umpan balik baik dari siswa, atasan, rekan sejawat, serta orangtua murid. Menganalisis kelebihan dan kekurangan untuk dilakukan evaluasi agar pada kegiatan selanjutnya, saya dapat mengoptimalkan kelebihan dan meminimalisir kekuraangan serta memprediksi kendala-kendala yang akan ditemui agar mampu melakukan antisipasi.

Demikian sekilas gambaran diri saya di masa depan setelah tiga tahun menyandang gelar sebagai guru penggerak. Guru yang tergerak, bergerak, dan menggerakkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih PAUD Insan Madani : Pengalaman Pendidikan Yang Berkualitas

Menemukan Semangat Baru di Temu Pendidik Nusantara XI

"Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami (Book Review)