ANAK CERDAS FINANSIAL


“Maaaahhh....Mau jajan.” teriak seorang anak kepada ibunya yang sudah cukup kesal karena permintaan itu bukanlah yang pertama kalinya di sore hari itu. “Nak, apa kamu bisa hitung seharian ini kamu sudah menghabiskan berapa untuk jajan?” Penghitunganpun dimulai dan ternyata anak itu sudah menghabiskan Rp.39.500. Angka yang relatif besar untuk uang jajan seorang anak yang tinggal di sebuat kota kecil. Alih-alih menyadari besarnya jumlah uang jajannya dalam sehari itu, tangisnya malah semakin menjadi sambil berteriak “Mama nggak sayang aku....”
Pernahkah Anda mengalami kejadian seperti di atas? Atau pernahkah Anda dihadapkan pada sebuah situasi dimana anak Anda tiba-tiba beteriak di pusat perbelanjaan di tengah-tengah keramaian karena minta dibelikan sesuatu? Anak-anak pasti mengalami fase dimana dia tidak mengerti bahwa barang atau makanan yang dia inginkan harus dibeli menggunakan uang dan seorang anak pasti mengalami fase dimana dia mengira bahwa uang dapat diperoleh dengan mudah semudah memasukan kartu ATM ke mesinnya dan tara...uangpun keluar seperti tiket yang dia peroleh setelah bermain di mesin permainan. Maka dari itu, orang tua harus mengenalkan uang pada anak dan memberi pengertian bahwa uang dapat diperoleh dari hasil bekerja dan berusaha, tentunya dengan cara yang halal.
Mengenalkan uang pada anak ternyata ada ilmunya. Ilmu pengasuhan, yang biasa disebut parenting, yang lebih spesifik membahas tentang cara pengasuhan yang berkaitan dengan hal keuangan disebut dengan financial parenting. Istilah tersebut digunakan sebagai judul buku oleh Kak Seto yang ditulisnya bersama Lutfi Trizki. Buku tersebut mengupas tuntas tentang pengasuhan yang berkaitan dengan keuangan lengkap dengan perencanaan keuangan untuk pendidikan anak hingga masuk universitas. Kejadian seperti yang telah digambarkan di atas tidak akan terjadi jika orang tua menerapkan ilmu-ilmu financial parenting dalam mendidik anaknya.
Selain perlu diperkenalkan dengan uang, seorang anak juga harus mampu mengelola keuangannya sendiri sehingga dia mampu menjadi seorang anak yang cerdas finansial. Seorang anak dengan kecerdasan finansial yang memadai pasti akan dapat menghargai uang sebagai hasil kerja keras, memillih menabung sebagai cara alternatif untuk mendapatkan hal yang dia inginkan, dan memiliki rencana keuangan yang baik. Semua itu akan menjadi bekal untuk masa depannya nanti. Jika sudah terbiasa menjadi anak yang cerdas finansial, bukan tidak mungkin kelak ketika dia dewasa nanti, dia akan menjadi pribadi yang cerdas finansial pula.
Mengenalkan uang pada anak dapat dimulai sejak usia pra sekolah sekitar usia 4-5 tahun. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan uang pada anak. Salah satunya adalah dengan melibatkan anak ketika anda melakukan transaksi di minimarket. Dengan begitu, anak dapat mengetahui bahwa makanan atau barang-barang yang dibutuhkan didapat dengan cara dibeli menggunakan uang. Libatkan anak dalam transaksi dengan cara membiarkan anak anda yang memberikan uang pada kasir. Kegiatan ini akan menyenangkan bagi anak-anak.
Setelah anak mengetahui uang sebagai alat tukar, perkenalkan juga dengan nilai uang.  Jika anak sudah dapat mengenal angka, perkenalkan anak dengan nilai uang dengan cara bermain peran. Permainan peran sebagai penjual dan pembeli dengan menggunakan uang mainan dapat membuat anak mengenal nilai uang. Jika anak sudah dapat melakukan operasi hitung sederhana untuk penjumlahan dan pengurangan, permainan ini juga dapat melatih anak untuk dapat menghitung berapa nilai yang harus dibayarkan dan juga berapa nilai kembalian. Lakukan dengan sesederhana mungkin secara menyenangkan dan tanpa ada paksaan.
Jika anak sudah mengenal uang dan nilai uang di usia TK, maka untuk tingkat selanjutnya, diharapkan anak mampu mengelola keuangannya sendiri.
Berikut adalah langkah-langkah mengajarkan anak usia SD untuk mengeola keungannya sendiri.
1.      Berikan uang saku, bukan uang jajan
Uang saku dan uang jajan adalah dua hal yang berbeda karena didalam uang saku sudah terdapat uang jajan di dalamnya. Dengan memberikan uang saku, anak akan belajar untuk berupaya supaya uang saku yang ia punya dapat mencukupi kebutuhannya sesuai waktu yang ditentukan. Umtuk pemula, misalnya kelas 1 atau kelas 2, berikan uang saku per hari. Sebagai contoh, berikan uang saku senilai Rp.15.000, untuk satu hari. Arahkan anak supaya dapat mengelolanya dengan membaginya kedalam tiga bagian. Rp.5000 untuk uang jajan di sekolah pagi, Rp.5000 untuk uang jajan di sekolah diniyah sore, dan sisanya untuk disisihkan  atau untuk membeli barang yang dia inginkan tanpa harus meminta uang tambahan. Untuk anak dengan usia lebih lanjut, bisa diberikan uang saku untuk waktu yang lebih lama lagi, misalnya per dua atau tiga hari, kemudian per minggu sehingga di usia SMP, anak dapat mengelola uang saku per bulan.

2.      Mencatat rencana keuangan
Bagi anak yang sudah mampu mengelola uang saku per minggu, ajari anak untuk mencatat terlebih dahulu keperluan apa saja yang dia butuhkan untuk satu minggu kedepan. Hal ini dimaksudkan untuk mengajari anak memiliki rencana keuangan yang terorganisir.

3.      Mencatat semua pemasukan dan pengeluaran
Selain mengajari anak untuk memiliki rencana keuangan, ajari pula anak untuk mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Selain menerima pemasukan dari uang saku yang biasa dia terima, anak juga bisa mendapatkan pemasukan lain, misalnya pemberian dari kakek/neneknya atau anggota keluarga lain dan juga apabila anda memiliki usaha keluarga, jangan ragu untuk melibatkan anak anda kedalamnya. Tentunya, jangan lupa untuk memberikan “hak”nya. Jadi bukan tidak mungkin bagi anak untuk mendapatkan pemasukan selain uang saku. Buatkanlah tabel sederhana untuk menuliskan semua pemasukan dan pengeluarannya.

4.      Menabung dan bersedekah
Satu hal yang tak kalah penting adalah menngajari anak untuk menabung. Anda dapat membawa anak anda ke bank dan membuatkan rekening khusus anak. Hal ini akan sangat menyenangkan bagi anak-anak. Selain menabung di bank, ajari pula anak untuk “menabung” di “tabungan yang sesungguhnya” yaitu bersedekah, sisihkan sebagian dari uang sakunya untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Jelaskan pula pada anak mengapa kita perlu bersedekah.
Itulah beberapa tips yang dapat dicoba untuk mengajarkan anak tentang keuangan. Berikan apresiasi setiap anak berhasil melakukan pencapaiannya. Satu hal yang tak kalah penting dalam membentuk anak cerdas finansial adalah dibutuhkannya konsistensi dan kerjasama dengan seluruh anggota keluarga.
Dengan membentuk karakter anak cerdas finansial, diharapkan mampu mencetak generasi masa yang akan datang yang disiplin secara keuangan, tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, menghargai apa yang menjadi miliknya, tanpa melupakan kewajibannya untuk berbagi dengan yang membutuhkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih PAUD Insan Madani : Pengalaman Pendidikan Yang Berkualitas

Menemukan Semangat Baru di Temu Pendidik Nusantara XI

"Cerita Sebelum Bercerai", Sebuah Catatan Romantis Seorang Suami (Book Review)